Jumat, 02 Agustus 2013

Aku Masih MencintaiMu *

Tuutt.. tuutt.. (bel berdering)
“iya sebentar”
Klik.. !!! (membuka pintu) “silahkan masuk”
“eh tidak mas, ini Cuma mau nganter undangan pernikahan aja” jawab pengantar undangan itu.
“owh, iya terimakasih ya..?”
“sama-sama mas, pamit ya..?”
“iya”.

"undangan pernikahan untukku, emang siapa yang menikah ya" pikirku, aku buka undangan itu dan betapa terkejutnya setelah melihat nama yang tertera di undangan itu ‘GHEA PRATAMA dan DEVINITTA SEPTIYANI’. Ternyata mereka jadi menikah juga, dan usaha Devi untuk memisahkan Ghea dari gangguan cewek-cewek lain membuahkan hasil, selamat ya buat kalian berdua. Pandanganku menerawang jauh saat kita masih SMA dulu.

Kebiasaanku saat masih SMA saat itu adalah membaca buku cerita atau novel sendirian di taman sekolah, hampir aku lakukan setiap hari. Hingga datang seorang cewek asing duduk disebelahku yang sedang membaca buku pula, aku hanya melirik dan dia akhirnya yang angkat bicara.

“ehm… maaf, aku boleh duduk sini kan..?”

“boleh aja, gak ada yang ngelarang, toh ini juga milik sekolah, siapa aja boleh pakek dong”ketusku dengan nada tak suka yang memang aku merasa terganggu dengan kedatangannya.

“kenalin, aku Devi” sembari mengajak berjabat tangan.

“Anggi, kamu kelas berapa kok aku belum pernah liat kamu sebelumnya..?” tanyaku mulai mengembangkan senyum, dan ketika aku melihat wajah Devi, cukup Cantik dan tak jenuh untuk dipandang, manis sekali.

“3 Ipa 2, mungkin kamu yang nggak pernah mau bergaul dengan kelas lain, sampai-sampai tidak mengenal aku yang hampir 3 tahun sekolah disini”

“ya maaf, aku kurang suka aja, abisnya mereka gak sebanding sama aku, aku kan gak suka jalan-jalan, sedangkan mereka semua anak orang kaya yang suka jalan-jalan, ngabisin uang orang tuanya”

“nggak juga, ada yang nggak kok. Oh iya, aku perhatiin kamu sering banget kesini duduk sendiri, emang nggak pengen ditemenin ya..??”

“hobi sendiri, udah dulu ya, mau kekelas” sergahku cepat karena aku melihat sepasang mata yang sedang memperhatikanku dengan Devi. Aku segera lari kekelas karena takut dicegah atau dicegat oleh Devi ataupun oleh cowok itu.

Sejak kejadian itu, aku tak pernah berhenti memikirkan devi, terlebih sekarang sudah mulai dekat. Dimulai sms’n dan telfonan. ‘apa artinya ini, jangan sampek aku suka sama cewek yang udah punya cowok’, pikirku.

“hayyo.. ngelamun aja, mikirin devi ya..??” ledek sahabat dekatku.
“iya Ruroh, kenapa ya..??”
“ye… itu mah tanda-tanda jatuh cinta”
“sok tahu ah”
“iya, siapa juga yang sok tahu, aku juga pernah ngerasain kok, tapi aku saranin ati-ati aja sama ghea”
“Ghea..? cewek yang selalu merhatiin aku itu maksud kamu..?”
“ya iyalah, kamu ini belum tahu ya ternyata, sekarang aku tanya, cewek paling cantik, baik hati, manis, trus gak sombong, sampek2 di jadiin favorit itu siapa coba..?”
“gak tahu lah.. emang siapa?”
“ya Devi, tapi kasian dia, udah dijodohin sama orangtunya buat nikah sama Ghea, makanya Ghea sok berkuasa, padahal sifat Ghea sama Devi itu beranding terbalik, dan kabar lagi kalo Ghea itu Cowok nggak bener”
“hush… nggak boleh ngatain orang sembarangan lah, nggak baik nyebar fitnah yang nggak2 Ruroh”
“ya udah klo nggak percaya, aku mau makan dulu laper ini”

Aku hanya membalas dengan senyuman saja, senyuman yang sama seperti biasanya, senyuman yang biasa aku lemparkan untuk semua sahabat-sahabatku, termasuk Devi. Walaupun aku diam-diam mulai menyayangi Devi tapi aku coba untuk memendamnya dan biarkan ditelan oleh waktu, sekalipun gossip antara aku dan Devi sudah mulai membengkak, aku akan terima semua, termasuk Ghea yang sebentar lagi akan mendatangiku (labrak). Oke… aku akan terima semua dan aku jelaskan semua.

Sekolah berakhir untuk hari ini, harus pulang cepet dan beres-beres rumah karena kakakku akan pulang dari bandung. Tapi na’as banget, Ghea dan kawan-kawan udah stand by di gerbang dan aku tahu apa yang akan dia lakukan.

“heh.. Cowok blagu,..?” ketus Devi.
“kamu panggil aku?” aku masih menunjukkan muka tenang seolah tak akan terjadi apa-apa.
“ya iyalah, masih nggak ngerasa aja lo” Ghea sudah siap ingin memukul aku tapi sebelum itu terjadi Devi datang dan menghadang Ghea.
“Ghea, lo gak usah blagu, jangan mentang2 ortu gw njodohin kita, jangan se enaknya ngatur hidup gw, kita belom sah jadi suami istri, jadi jangan coba-coba ikut campur urusan gw, semua apa yg gw lakuin bukan urusan lo. Ngerti….!!!!”
“tapi kan sayang….” Belum selesai Ghea berbicara sudah ditinggal Devi dan Anggi.
“kamu nggak apa-apa Anggi?”
“nggak kok makasih ya..?” Anggi ingin menjauh dari Devi tapi kalah cepat dengan genggaman tangannya.
“nggak usah kayak gitu Anggi, aku nggak suka kamu menjauhi aku,, apa kamu nggak ngerasain apa yang aku rasain..?”
“maksud kamu..?”
“aku sayang sama kamu, aku pengen hidup selamanya sama kamu, bukan sama Ghea, aku udah tahu semuanya tentang Ghea, aku nggak mau itu terjadi”
“maaf Devi, aku nggak bisa. Kamu udah dijodohin sama orang tuamu, jadi hargai mereka, walaupun aku juga sayang sama kamu, aku akan menjauh dari kamu dan memendam rasa ini” selesai berkata aku berlari dan langsung naek Angkot.

Aku sengaja menjauh dari Devi, dan tak pernah kasih kabar untuknya. Sampai kuliah pun aku tak pernah kasih tahu dimana tempatnya.

***

Sekarang, memang ada rasa nyesel tapi turut berbahagia juga.
“hayo, ngelamunin apa?”
“eh kak Heru ngagetin aja, nggak ngelamunin apa-apa kok. Kakak mau nikah kapan..?”
“nunggu kamu abis sarjana aja lah, kenapa emangnya dik..?”
“nggak apa2, Cuma Tanya”
“kakak tahu semuanya”
“hem.. bagus deh” aku hanya melempar senyum dan kekamar beres-beres kemudian berangkat ke kampus.

Memang tak terasa wisudaku sudah di ambang pintu, tapi rasanya aku masih ingin meneruskan kuliahku,, ah.. nggak mungkin, mau bayar pakek apa,, sedangkan duit aja nggak punya. Saat duduk sendiri, aku melihat Ghea kekampusku, ‘mau ngapain dia’ pikirku. Ternyata Ghea selama ini satu kampus denganku, kenapa aku tak pernah menyadari itu ya..?

Aku sudah wisuda, dan sebentar lagi bekerja, tapi kakakku tak kunjung menikah malah mau menunggu aku yang menikah duluan, aneh banget lah. Dan tak terasa pula hari pernikahan Devi dengan Ghea telah tiba , aku terpaksa menghadirinya karena bujukan kak Heru, kakakku sendiri. Akad nikah pun akan dilaksanakan, tapi sial mungkin saat menyebut nama mempelai Pria bukan menyebut nama Ghea, tetapi menyebut namaku. Aku bingung, kenapa jadi begini dan tak bisa berkutik sama sekali, hal itu pun terulang 3 kali sampai akhirnya orang tua Devi bertanya kepada Devi.

“Devi, jangan bikin malu papa”
“siapa yang bikin malu papa, Devi nggak bisa nyebutin nama dia, Devi Cuma pengen sama Anggi pa”
“siapa Anggi..?”
“Anggi itu, dia” Devi menunjuk aku dan semua mata tertuju padaku, aku tak tahan dibeginikan, akhirnya aku mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat ini. Tapi kalah cepat lagi dengan Devi..
“pliss Anggi, jangan menjauh dari aku, aku sayang banget sama kamu, aku Cuma pengen nikah sama kamu.” Tanpa memberiku kesempatan berbicara, aku diajak untuk duduk bersebelahan dengan Devi. Aku hanya diam saja sekalipun dinikahkan dengan Devi, yang bisa aku lakukan hanya menangis bahagia.
“Devi, makasih ya, kamu masih menyimpan rasa cinta dan sayangmu untukku”
Devi tersenyum “rasa cinta dan sayangku tak akan pernah terganti oleh siapa pun Anggi”
Air mata dan senyuman bahagia selalu berkembang dan merekar indah…
Dan kita hidup bahagia selamanya sebagai keluarga yang sakinah mawadah warohmah.
  

note : semoga cerita ini bisa menjadi kenyataan J amin amin ya robal alamin JJJJJ

TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih atas komentar teman-teman, saya anggap semuanya adalah motivasi bagi saya agar menjadi lebih baik :)

Diberdayakan oleh Blogger.

SUBSCRIBE

Koleksi Gue

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "